Ketika mulut tak bisa berkata, maka kuungkapkan semua dalam rangkaian kata

Sabtu, 11 Februari 2017

Ironi

Sudah bukan hal aneh ketika seseorang beranjak pergi. Ironi kehidupan. Datang, membangun memori, lalu pergi seenaknya.

Hal terburuk dalam memori adalah melupakan dengan sengaja. Semakin dicoba, semakin terkenang. Salah siapa? Entahlah. Bukan aku, bukan kamu. Mungkin...waktu?

Tapi aku tak lagi terkejut ketika sudah tak diizinkan. Tak lagi kukutuki hidup dan ratapi nasib. Bukan salah ironi, drama memang terjadi dalam hidup.

Angan dijungkir balikkan kenyataan. Sesal? Ya dan tidak. Kesal? Ya dan tidak. Walau akhirnya perlu meraba lagi jalan yang ditempuh, tapi aku tak keberatan.

Banyak yang bisa dipelajari dari seseorang yang terlanjur mengecewakan. Banyak senyuman yang tersungging dari airmata yang jatuh. Semua butuh proses. Percaya saja, semua diatur oleh Yang Mahakuasa.

Aksaraku ini menebas rindu dari ironi yang masuk dalam kosongnya hidup. Memudarkan ruang dan mengompromikan waktu, agar tidak menggoyahkan teguh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar