Banyak orang bilang, "jika kamu menyukainya, beritahu dan perjuangkan itu. Bukankah sebuah perjuangan akan beroleh sebuah hasil yang manis?" Atau ada juga yang bilang, "Untuk apa memperjuangkan orang yang tak pernah memperjuangkanmu?" Seandainya kau disuruh memilih, mana yang akan kau pilih?
Biar kuceritakan kisahku. Aku adalah pria biasa. Pria yang menurutnya memiliki berjuta pesona dan bermilyar kebaikan. Aku bisa membuatnya menyukaiku dengan semua yang kumiliki: hangatnya senyumku, indahnya bola mataku, kecerdasan otakku dan hati tulusku. Tapi biar kutegaskan: itu menurutnya. Nyatanya, aku hanya melakukan apa yang seharusnya kulakukan.
Hati tulus yang menurutnya sempurna, bagiku itu sebuah hal biasa. Aku hanya melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Bukankah itu memang sudah sewajarnya manusia lakukan? Ataukah itu sebuah keanehan baginya sehingga membuatku terlihat unik dan berbeda?
Hal lainnya, kecerdasan otakku. Itu hal lain yang menurutku sungguh amat wajar dan tak aneh sama sekali. Status kami adalah pelajar SMA. Tugas utama seorang pelajar adalah belajar, iya kan? Jadi, aku hanya melakukan kewajibanku untuk memberikan yang terbaik bagi orang-orang disekitarku, dan terutama bagi Tuhan yang memberikanku segalanya. Wajar kan?
Lalu yang terakhir yang membuatku terlihat aneh, bukan menarik. Hangat senyumku dan indahnya bola mataku? Jujur saja, warna mataku memang cukup berbeda dibanding teman-teman lainnya. Mataku berwarna hitam pekat, sedangkan yang lain berwarna coklat tua, bahkan muda. Tapi, hangatnya senyumku? Aku pernah sengaja berdiri di depan cermin untuk melihat "hangatnya senyum"ku, tapi yang kulihat hanyalah sebuah senyum simpul biasa, bahkan terlihat seperti senyum jahat karna alisku yang cukup tebal.
Ketika mendengar dia menyukaiku, aku cukup kaget. Aku memang menyimpan perasaan yang sama, walau terkadang bayang si masa lalu masih saja membutakanku. Aku hanya diam seribu bahasa sambil menyimpan keraguan cintanya padaku. Apa kau benar-benar jatuh cinta padaku?
Sayang, cinta tak pernah membutuhkan alasan. Apa kau akan tetap menyukaiku jika suatu saat aku berubah seratus delapan puluh derajat?
Maafkan aku, tapi aku meragukan kebersamaan kita. Aku memang menyukaimu. Tidak, mungkin lebih tepatnya aku hanya kagum padamu. Kau wanita yang luar biasa. Kau cerdas, pandai bergaul, manis, dan bahkan punya hati yang tulus. Tapi rasanya aku bukan pria yang tepat untukmu, apalagi setelah melihat kau menangis di depanku saat itu. Aku meragukan diriku yang selalu bisa membuat senyum di wajahmu.
Maafkan aku, kumohon jangan membenciku. Percayalah, jika pada akhirnya kita akan bersama, kisah ini akan menjadi sebuah cermin kehidupan bagi kehidupan kita di masa mendatang. Jangan pernah kecewa, karena suatu hari kisah ini akan memberikan sebuah senyuman manis untuk hidup kita.
Wanitaku, terimakasih telah menghabiskan waktumu untuk mencintaiku.
Dengan penuh rasa sayang dan rasa bersalah,
pria penuh pesonamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar