I'll be such a liar if I told you that I never remember every little things we did.
Sudah tak terhitung lagi berapa kali matahari dan bulan bergantian menemani kehidupan kita. Tidak, yang kumaksud bukan kita yang masih bersama, tapi kita yang sudah tak saling mengenal.
Jujur saja, sesekali aku teringat padamu, dan pada setiap kenangan yang pernah kita ukir walau tidak banyak waktu yang kita habiskan bersama.
Bukan maksudku ingin mengingat-ngingat kenyataan (yang mungkin) pahit untukmu dan aku. Tapi kenangan itu tiba-tiba terlintas begitu saja dibenakku tanpa kuundang.
Lagi-lagi, setiap kenangan itu muncul, rasa bersalah menghantuiku. Aku mengatakan yang sesungguhnya. Aku tidak pernah bisa terlepas dari rasa sesalku atas apa yang pernah kulakukan.
Aku tak menyangka, hal kecil yang kulakukan dan kuutarakan akan meninggalkan bekas luka yang dalam padamu. Tapi percayalah, aku benar-benar tidak bermaksud menyakiti siapapun.
Aku sendiri tidak bisa memaafkan diriku atas apa yang kulakukan, maka aku tidak mengharapkan banyak hal darimu. Bahkan aku tak bisa membayangkan diriku jika harus bertemu dan menghadapimu.
Suratku ini (yang tidak berupa secarik kertas) kutuliskan untukmu, pria lugu yang pernah memberikan hatinya untukku, namun aku mempermainkannya begitu saja. Sekali lagi maafkan aku.
Terimakasih, telah menjadi salah satu kisah manis dalam hidupku. Aku benar-benar mengharapkan kebaikan terjadi dalam setiap langkah hidupmu, dan aku berdoa pada Tuhan untuk selalu menyertai dan memberkatimu dimanapun kau ditempatkan.
Dari wanita yang pernah kau banggakan dalam hidupmu, tapi berakhir dengan pengkhianatan
Aku.
Selamat kesekian tahunnya hidup dalam dunia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar